Selasa, 24 April 2012

Cerpen Horror : Kutukkan 11 November


Apa yang terjadi disana?
Beberapa mobil terparkir acak di muka rumah Liana. Dua buah mobil Pemadam kebakaran, tiga buah mobil kepolisian. “Ada apa ini?” tanyaku dalam hati. Aku turun dari dalam mobil. Ku urungkan niat untuk masuk ke rumah. Aku memilih untuk mencari tahu dulu apa yang terjadi dengan rumah sahabat kecilku. Mendadak aku menjadi amat sangat khawatir. Aku takut jika sesuatu yang buruk menimpanya.
“Shandy, apa yang terjadi?” tanyaku pada salah seorang tetangga yang sudah sejak tadi tampak mengamati rumah Liana.
“Hai Jessy, rumah Liana mendadak terbakar.”
“Lalu? Dimana Liana? Apa dia di dalam?”
“Sepertinya ia belum terevakuasi!!”
“Apaaaa????”
Aku pun seketika berlari kearah polisi yang sedang berkerumun.
“Pak, apa ada korban?”
“Tenang nona, kami sedang berusaha memadamkan api terlebih dahulu. Karena rumah ini sudah terbakar parah. Kami tidak mungkin mengevakuasi dengan kondisi seperti ini.”
Aku pun mendadak lemas. Liana sahabat kecilku sepertinya terjebak di dalam sana. Setelah kematian orang tuanya akibat insiden kecelakaan beberapa tahun lalu, Liana hidup sendiri.
Aku pun kembali ke rumah. Ku parkir mobilku dalam garasi. Orangtua dan adikku sedang berlibur keluar kota. Jadilah aku sendiri disini.
Tak ingin rasanya aku mandi. Berganti pakaian pun aku malas. Aku masih mau tahu bagaimana kondisi  Liana di dalam sana?
Aku coba pejamkan mata saat ini. Menenggelamkan tubuhku di balik kelambu. Sesungguhnya aku butuh keluarga ku di kondisi seperti ini. 1..2…3 dan akupun tertidur.
*****************************************************************************************************
“kau selamat Liana? Tak luka sedikitpun?” tanyaku pada Liana.
“Ya aku selamat, dan aku tak terluka.”
“Bagaimana rumahmu?”
“Tak apa Jessi. Biarlah rumah itu hangus terbakar. Biar hilang semua kenangan tentang orangtuaku.”
“Apa yang tersisa Liana? Pakaianmu?”
“Tak ada, aku tak membawa apapun. Hanya boneka ini. Boneka yang selalu menemani aku. Boneka yang seakan sahabatku.
Tatapan mata Liana tampak beda kali ini. Kosong. Seakan menyembunyikan sesuatu.
“Li, jika kau ingin mengganti pakaianmu, ambilan beberapa helai bajuku. Ukuran kita sama kan?” tawarku.
Ah tak usah Jessi, biar aku pakai baju ini saja. Walau lusuh namun ini pemberian terakhir mama sebelum beliau meninggal.” Ia menolak
“Jessi, bolehkah aku meminta tolong padamu?”
“Ya Liana, katakan..”
“Tolong carikan diary ku. Sepertinya ia masih ada disana. Di dalam rumahku.”
Aku berfikir, apa mungkin masih ada benda yang tersisa dengan kondisi rumah yang hangus terbakar?
“Baiklah, akan aku coba. Namun sepertinya aku harus melapor ke kepolisian karena rumahmu masih dalam tahap penyelidikan. Police line masih memagari.”
“Tolong jangan hubungi Polisi atau siapapun. Aku hanya percaya padamu. Jika mereka yang menemukan pastinya takkan pernah dikembalikan padaku.”
“Ya baiklah. Aku pasti carikan. Sekarang beristirahatlah. Kau bisa tidur di kamar adikku Carlo.”
“Iya terimakasih Jessi.”
Setelah itu ku antar ia ke kamar.
Setelah kupastikan ia telah beristirahat akupun baru kembali ke kamarku.
Jam menunjukkan pukul 22.45 aku berganti pakaian. Bukan pakaian tidur. Melainkan jacket berkapuchon guna menghangatkan tubuhku. Kucari senter mini dalam laci. Aku akan menyambangi rumah Liana. Aku akan menepati janji pada sahabatku itu.
Sudah musim salju. Daun – daun meranggas. Dingin dan senyap. Seperti tak ada kehidupan. Rumah Liana hampir seluruhnya terbakar. Namun atapnya masih utuh. Aku melangkah pasti. Kuterobos polece line yang menggantung. Aku masih sangat ingat dimana kamar Liana. “kreeettt…kreetttt…” suara lantai kayu Liana yang mulai rapuh itu membuatku sedikit takut. Langkahku ku buat sedikit lebar agar aku cepat sampai di kamar Liana.
“Nah itu dia..” aku buka pintunya yang setengah hangus, tempat tidur besi masih utuh disana. Hanya kasurnya yang sudah tak berberntuk.
Kuarahkan senterku ke bagian meja tulis dimana Liana kerap menghabiskan waktu sendiriannya. “Ya Tuhan…’” kakiku gemetar…ku gigit bibirku. Kutampar kedua pipiku. Memastikan bahwa ini bukan mimpi. Tangannku sekan membeku. Leherku seperti tercekat. Aku tak mampu berkata apa – apa. “Liii….aaanna?” ucapku dengan desah. Liana sahabatku yang tadi di rumahku kenapa ia disini? Jadi siapakah tadi yang bicara denganku? Ia duduk di meja belajar. Kepalanya memandang ke jendela kamar. Dan dia hangus terbakar. Kenapa posisinya seakan ia tidak merasakan kesakitan? Kenapa ia seakan siap? Kaki ku lemas, aku tak sanggup. Aku takut. Namun aku harus dapatkan diary itu. Diary sahabatku. Kulihat di mayat yang terduduk itu mengepal sebuah diary berwarna merah hati.
Diary itu.. ?? ya itu yang Liana mau. Kaki ku sulit kugerakkan. Aku seakan terpaku disini. Namun aku harus keluar dari sini. Aku melangkah perlahan, melawan rasa takut yang menyerang. Ku tarik diary dalam genggaman mayat Liana. “kresss…” kulitnya sudah garing. Betapa mudahnya ku ambil diary ini. Lekas kuambil langkah seribu. Kutinggalkan jasad Liana yang hampir menjadi abu.
10 Menit kemudian aku sudah dirumah. Jacket tak kulepas,, aku meluncur ke kamar Carlo dimana “Liana” kutinggalkan disana. Aku buka pintu perlahan. Ku intip sebelum ku masuk. Mendadak tercium aroma daging bakar. Mual aku dibuatnya. Ku buka pintu lebar lebar. Ah Liana tak ada. Dia menghilang. Tak mungkin dia keluar. Karena waktu aku kerumahnya tadi pintu rumah kukunci. Kemana ia? Aku pun kembali ke kamarku,  menuju kursi samping tempat tidur. Aku ambil diary Liana yang aku simpan di dalam jaket. Ku buka perlahan, tanganku gemetar,, aku tak kuat. Air mataku mengalir. Sepertinya ada sesuatu dalam diary ini. Aku masuki halaman pertama.
11 November 1980
Hi, namaku Liana. Sudikah kau berbagi cerita denganku diary? Diary ini hari ulang tahunku. Mama membelimu di toko buku langganan kami.. Namun hanya mama dan papa yang memberiku ucapan. Kemana mereka? Orang yang mengaku sebagai sahabatku? Jessi, Verlita, Jason, Kate, Ryan? Kemana mereka? Adakah mereka mengingat betapa berartinya hari ini untukku? Ah entahlah… biar saja. Semoga mereka menikmati libur panjangnya..
Salam cinta, Liana
11 November 1985
Diary , papa meninggal tadi pagi. Mobilnya terbakar di perbatasan kota. Aku sedih. Aku tak lagi punya papa. Ini kado ulang tahun yang paling membuatku kecewa. Aku tak mau apa – apa. Aku Cuma mau papa kembali. Tuhan, aku rindu papa. Dan lagi – lagi tak ada 1 pun diantara sahabat – sahabatku yang menemaniku hari ini. Galauku makin menjadi. Salahkah jika mereka kubenci? Entahlah,, aku benci hidup ini !!
Salam Cinta, Liana
11 November 1986
Diary apa kabar, aku baru sadar jika kau hanya kusapa satahun sekali. Tak apa ya? Jangan marah loh hehhee.. Aku gembira sekali. Usiaku genap 17 tahun hari ini. Semua kawan – kawan datang. Semua memberiku kado istimewa. Bagus – bagus loh. Cuma ada sesorang yang memberiku boneka. Tidak bagus, kucel, jelek namun entah kenapa aku suka. Rambutnya panjang dan kusut. Beberapa bagian dari tubuhnya rusak. Tapi tak apa, pasti akan kujaga. Aku namakan dia Calista.
Sudah ya aku ngantuk, sampai jumpa :D
Salam cinta liana.
10 Desember 1986
Hi Diary, aku mau cerita. Calista aneh. Dia suka pindah sendiri. Kalau malam aku peluk, esok harinya pasti ia sudah ada di dekat pintu kamar. Aku takut,, Apa aku buang saja ya? Tapi aku sudah terlanjur sayang… hikss aku bingung…
15 Desember 1986
Diary, Calisa sudah aku kubur di pekarangan rumah.. Semoga Calista tidak marah ya sama aku… maafin aku ya Calista,,
25 Desember 1986
Merry Christmas diary. Natal kedua tanpa papa. Sedih. Oh ya Diary, aku dapat kado misterius. Sampul berwarna merah khas natal. Tahu nggak apa isinya? Calista. Calista kembali lagi. Aku semakin takut. Diary bantu aku. Harus ku apakan Calista? Aku takuuutt!!
17 February 1986
Diary, setelah Calista kembali semakin banyak keanehan terjadi. Mama pun merasakan hal yang sama. Makanya mama mengajakku ke cenayang. Menurutnya ini adalah boneka kutukan. Kutukan ini akan terjadi setiap tanggal ulang tahunku .. Ada seorang sahabat yang mengirimkan ini padaku. Apa salahku? Kenapa ia tega? Namun cenayang itu tak mau sebut namanya. Suatu saat kutukan itu akan kembali padanya, itu kata – kata terkahir dari cenayang.
11 November 1990
Tuhan jahaaaaaaaaaaaattttt. setelah ia mengambil papa.  Sore ini ia memanggil mama. Kenapa harus selalu disaat aku berulang tahun? Kenapa Tuhan tak mengerti betapa aku rapuh tanpa mama dan papa? Kenapaaa??? Jawab aku diary?? Hanya kamu sahabat ku yang paling tulus. Jawaaabbb !!!!
11 November 2011
Diary, saat ini kamu sedang dibaca oleh orang yang telah melakukan kejahatan padaku.  Orang yang dengan sengaja mengirimkan boneka kutukan itu padaku. Kini kukembalikan kutukkannya. Agar ia merasakan hal yang sama. Kutukan 11 november sudah menghancurkan aku. Memporak porandakan keluargaku.
Hei Jessi, teganya kau padaku. Apa salahku? Tak usah kaget. Aku baru saja menuliskan ini sebelum kau menyambangi rumahku tadi. aku akan tetap disini. Menyaksikan kehebatan kutukan yang makan tuan. Sampai kau akan menjadi abu sepertiku.
Salam kematian, Liana
“bukk” diary kujatuhkan. Aku berdiri dari kursi, memandang ke arah kalender di meja tulisku ini tanggal 11 November 2011. Aku berjalan mundur ke tempat tidur. Calista disana … “Aaarggggggggggghhhh tidaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkk maafkan aku Liana,, aku hanya ingin mencoba kehebatan cenayang yang ku temui di desa kakekku. Maaf aku tak bermaksud apa- apa…” aku panik
ketakutan. “Sudah terlambat Jessi!!” tiba – tiba Liana ada di hadapanku dengan bentuk tubuh mirip seperti yang kutemui di rumahnya tadi. “Terima Calista dan Nikmati kebersamaan kalian….!!!”

Cerpen : Demi Suamiku, Aku Rela Masuk Neraka


“Bu, malam ini nggak pulang ya?” suaminya bertanya.
“Iya ayah, kayaknya saya akan menginap, bu Rika butuh saya disana. Cateringnya sedang banyak pelanggan.”
“Baiklah bu, jaga kesehatan, kalau ibu sakit malah tambah repot, maafkan suamimu yang tidak berguna ini bu,,”
“Iya ayah gak apa – apa..jangan bahas itu lagi. Doakan saja ya ..”
Retno merias wajahnya, menggantungkan harapan pada merah lipstiknya. Mengenakan baju mini dan dilapisi jaket. Dimasukkan dalam tas, tak lupa minyak wangi aroma melati ia oleskan sedikit di bagian bawah telinga.
“Ayah, ibu berangkat ya, titip Uning. Nasi dan ikan jambalnya masih ada di lemari. Dihangatkan saja. Suruh Uning bantu.”
“Hati – hati bu, salam buat ibu Rika. Sampaikan ucapan terimakasih ayah padanya karena sudah membantu ibu mendapatkan pekerjaan.
“Iya ayah..”
Ibu Rika?? Siapa dia? Suami Retno hanya tau namanya. Tak pernah tahu bagaimana wajah dan bentuknya. Karena semua fiktif. Itu hanya alasan Retno untuk menutupi pekerjaannya saat ini.
Setelah 5 tahun terakhir suaminya menderita stroke, kini Retno yang mencari sesuap nasi. Retno harus bekerja. Ia tak mau Uning berhenti sekolah. Uning harus pintar. Uning tak boleh jadi perempuan bodoh sepertinya.
*****************************************ALA************************************************
Di Taman Prostitusi
“Mas, boleh mas, 300 ya?”, Retno membuka harga
“Mahal amat? Bisa nego nggak?” tawar calon pelanggan
“Berapa maunya?”
“100 ribu deh, oke?”
“ Naikin dong masa 100 ribu?”
“Ya udah mentok nih 200. Kalau nggak mau saya cari perek lain aja!!”
Mereka pun menuju taman dimana Retno dan kawan – kawan se profesinya bertugas. Jantung Retno berdegup kencang tiap kali ia mendapatkan pelanggan. Rasa berdosa, malu, dan jijik pada diri sendiri acapkali singgah. Namun ini harus dilakukannya. Demi suami dan seorang anak gadisnya.
“Lama amat sih loe?” pelanggan mulai tak sabar
“Buruan buka baju, waktu gue gak lama. Keburu ketahuan bini gue nanti!!”
“ Iya mas sabar..” Retno menjawab sambil menahan tangis.
Retno mulai menanggalkan baju seksinya yang murahan, berikut bra dan celana dalam. Ia pun membantu sang bajingan melepaskan pakaiannya juga. Tangan Retno mulai menjamah bagian – bagian sensitive’nya. Membasahi setiap detil tubuh laki – laki itu dengan liur ketidakrelaan. Laki – laki itu mulai mendesah. Merasakan pelayanan Retno yang ia anggap cukup mematikan. Satu jam berlalu. Ritual selesai. Retno kelu dan lunglai. Tak kuat memandang tamunya malam itu.
“nih,  200 kan? Makasih ya, besok kalau ada uang lagi gue datang cari lo!!”
Di lemparkan 2 lembar uang seratus ribuan itu ke tanah. Retno meungutnya dan kembali mengenakan pakaian. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Suara adzan menggema di seantero negeri. Retno mau pulang, ingin mencuci tubuhnya dengan air suci. Retno takut Tuhan marah. Tapi ini semua demi keluarganya.
“bu, sudah pulang? Capek ya?”
“iya ayah. Sedikit sih capeknya. Aku mandi dulu ya? Mau subuh’an sekalian..”
Saat Retno menarik gayung, tak kuasa ia menahan tangis, bulir itu semakin deras. Hingga membasahi dinding hatinya yang terluka.
Setelah mandi, Retno berinteraksi dengan Tuhan. Ia katakan semua, ia ceritakan kegalauan hatinya. Sambil berdoa ia pandangi wajah anak dan suaminya yang sudah kembali tertidur.
“Maaf ayah, ibu hanya mau menjadi yang terbaik untuk kalian berdua.. Sekalipun uang haram ini yang kenyangkan perut kita,, Dosa ini aku yang tanggung,, asalkan kalian bahagia, masuk neraka pun aku rela..”

Cerpen : Undangan Makan Malam Untuk Pahlawan Veteran


“Indonesia, tanah air beta,, Pusaka abadi nan jaya,,, Indonesia sejak dulu kala tetap di puja – puja bangsa ..” (seorang kakek sedang menyanyi)
Kakek Gito namanya. Beliau adalah seorang pejuang veteran, yang nasibnya tidak jauh berbeda dengan pejuang veteran lain yang berada di bawah garis kemiskinan. Setiap pagi kakek Gito selalu menyanyikan lagu – lagu kebangsaan. Kek Gito tinggal bersama putrinya, Sinar, yang hingga kini belum menikah. Padahal usianya sudah genap 30 tahun.
“Sinar, sini nak!”
“Nggih pak, ada apa?”
“Malam tahun baru nanti kamu ada rencana?”
“Ngga ada rencana pak. Mau nemenin bapak aja di rumah.Itu sudah lebih dari menyenangkan kok.”
Kakek Gito tahu, Sinar menutupi kesedihannya hidup miskin selama ini.Namun kakek selalu menyembunyikan kegalauannya di hadapan Sinar. Ia berusaha menjadi bapak yang tegar. Sinarpun sebagai anak berusaha menutupi kesedihannya, tak mampu membawa ayahnya menjalani kehidupan yang layak. Mereka saling menutupi perasaannya masing – masing.
*****
“Poossss,,,” seorang tukang pos berhenti di muka rumah Kakek Gito.
“Iya,, sebentar.”Sinar melangkah keluar rumah.
Setelah surat itu sampai di tangannya, Sinar masuk ke kamar. Membuka surat dengan tak sabar. Surat itu di tulis tangan. Sangat rapi.
Jakarta, 29 Desember 2011
 
Untuk Sdri. Sinar Wulandari di tempat
 
Surat yang
anda kirimkan sudah saya baca. Saya memohon maaf atas kecerobohan saya selama
ini tidak mempedulikan nasib para pejuang veteran yang salah satunya termasuk
Bpk.Sugito, ayah anda. Untuk menebus kesalahan saya, dengan ini saya mengundang
anda dan Bpk.Sugito untuk datang pada tanggal 31 Desember pukul 20.00 ke Istana
Negara Jakarta. Dimana saya dan segenap menteri akan mengadakan pesta malam
tahun baru.. Sekiranya Sdri Sinar bisa memenuhi undangan saya.
Terimakasih atas perhatiannya.

 Salam Hormat
 Presiden RI
 
Sinar melompat kegirangan. Darahnya berdesir. Jantungnya berdegup kencang. Ia langsung berlari menuju kamar ayahnya yang sedang istirahat.
“Pak, bangun pak,,”
“Ada apa Sinar? Semangat sekali?”
“Coba baca ini…” Sinar memberikan surat itu pada ayahnya.
Kakek Gito membaca surat itu perlahan. Wajahnya tetap datar. Diletakkannya surat itu kemudian.
Kau mengirimkan surat apa?”
“Sinar Cuma mau orang seperti bapak juga pahlawan veteran yang lain merasakan kemerdekaan pak. Menikmati hasil perjuangan.” Sinar menjelaskan dengan isak tangis tertahan.
“Baiklah, tapi ini demi kau.”
*****
Hari H
Kakek Gito mengenakan kemeja yang ia dapat saat pembagian bingkisan lebaran di lingkungan rumahnya. Sinar mengenakan blouse lusuh warna krem dengan rok panjang warna merah yang sama lusuhnya.
Mereka menumpang mobil bak tetangga yang hendak mengantar barang dagangan ke daerah Menteng. Rambut Sinar yang sudah tersisir rapi kini berantakkan tertiup angin. Kakek Gito pun sesekali terbatuk karena asap kendaraan. Namun semua itu tak mengubah niat Sinar untuk tetap menuju ke istana.
Surat itu ada dalam genggaman Sinar. Namun mendadak pengendara mobil bak itu menginjak gas lebih dalam membuat mereka yang duduk di belakang tak seimbang bahkan hampir terpelanting. Untung saja Sinar dan Kakek Gito memegang erat pinggiran mobil. Mereka pun aman. Namun, surat dari pak presiden yang terbawa angin. Terbang entah kemana.
“Pak surat itu,,” wajah Sinar memucat.
“Apa? Kenapa suratnya?”
“Terbang pak..”
Kakek Gito diam sejenak.
“Tak apa nak, semoga pak presiden ingat ia pernah membalas suratmu.” Jawabnya dengan tenang. Sinar pun berusaha menenangkan dirinya.
*****
Mobil bak itu sampai di seberang istana Negara. Sinar dan ayahnya turun. Lalu mengucapkan terimakasih pada tetangganya itu.
Langkah mereka mantap menuju istana. Walau tanpa surat undangan  di tangan mereka.
“Selamat malam pak.”Sinar menyapa seorang TNI yang menjaga pintu masuk istana.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Saya dan ayah saya mau menghadiri pesta malam tahun baru.”
“Ada undangan?”
“Emmh itu dia pak, tadi surat dari pak presiden terbawa angin”
“Jangan main – main mbak. Ini istana. Bukan warung.”
“Saya serius pak, tolong biarkan kami masuk, atau bisa bapak tanyakan pada pak presiden benar atau tidak beliau mengundang Sinar dan Bpk.Gito ke istana malam ini.”
“Maaf, tidak bisa. Sebelum pesta kembang api di mulai, presiden dan menteri – menteri akan mengadakan rapat terlebih dahulu.”
“Tolong pak, izinkan kami masuk.,”Sinar mulai menangis.
“Maaf mbak, saya tidak bisa mengizinkan.”
Sinar yang sudah cukup kelelahan, mendadak memiliki kekuatan lebih. Ia mendorong tubuh laki – laki itu. Seraya berteriak – teriak frontal.
“Keparat kalian !!! Kami ini hanya mau meminta hak kami. Hak pejuang veteran dan keluarganya!!”
“Jaga mulut anda atau saya tembak anda di tempat!!”
“Silahkan,, tembak saya dan anak saya.. lepaskan peluru kalian di dada saya. Biar bangsa ini yahu, betapa kejamnya kalian.”Kakek Gito mengambil alih kemarahan anaknya.
“DIAM!!”
“Tidakkk!! Saya takkan diam. Sudah cukup saya dan rekan – rekan seperjuangan saya diam menghadapi kemunafikan kalian !!!”
“Doorr.. Door,,,” Dua tembakan tepat mengenai jantung dan kepala kakek Gito.
*****
“Bapaaaaaaaaaaaakkkkkkkk… !!!”
“Hei Sinar, bangun nak,, bangun,, kamu kenapa?”
“Pak? Pak? Bapak gak apa – apa?”
“Kamu mimpi Sinar,,” ucap kakek Gito sambil memeluk anaknya.
“Pak lebih baik kita nggak di kasih penghargaan sama pak presiden, dari pada Sinar kehilangan bapak.”
“Maksud kamu Nar?”
Tiba – tiba ada sesorang meneriakkan sesuatu di muka rumah mereka.
“Poosssss……!!!”
Sinar hanya terdiam lemah.

Cerpen : Kado Untuk Rahmat


Udin dan Rahmat adalah kakak beradik yang saling menyayangi. Usia mereka hanya terpaut dua tahun. Pada suatu hari, Udin dan Rahmat mengalami kecelakaan. Angkot yang mereka tumpangi meluncur dengan sukses ke dalam jurang. Udin harus kehilangan kaki kirinya. Sementara Rahmat mengalami kebutaan permanent. Udin sangat sedih melihat kondisi adiknya yang kini menjadi buta. Rahmat yang ceria kini berganti menjadi Rahmat yang pemurung.
Suatu sore di depan rumah mereka,,,
“Mat, kamu kangen ya ngeliat dunia?”
“Iyalah bang, masa nggak kangen?”
“Kira – kira nih, kalau ada yang mau kasih kamu cangkok mata, kamu seneng nggak?’
“Wah ya seneng banget bang. Itu doa Rahmat tiap malem.. emang ada ya bang yang mau?”wajah Rahmat kini sedikit menunjukkan kebahagiaannya.
“Ya belum tahu sih, kan aku cuma nanya.” Rahmat yang tadinya tersenyum – senyum kini tertunduk lesu.
“Bang Udin, ini tanggal berapa?”
“Tanggal 8 Desember. Kenapa?”
“Biasanya tanggal segini kita udah nyiapin kembang api ya bang?”
“Iya bener. Kita kalau main kembang api kan nggak tahu waktu Mat… hehehe … Kamu pengen banget ya Mat liat kembang api?”
“Banget bang, tapi mau gimana lagi?” wajah Rahmat memerah.
“Dorr.. dooorrr….” (suara ledakan)
“Bang itu petasan ya?”
“Iya, tuh si Taji sama Herman lagi nyalain petasan sama kembang api.”
“Pasti bagus deh,, warna warni…”
“Udah – udah yukk masuk, nanti abang kasi kamu kado tahun baru.  Suatu saat kamu pasti bisa ngeliat lagi. Abang yakin banget Mat.” Ujar Udin sambil menggenggam jemari Rahmat penuh kasih.
*****
“Dok, pendonor mata itu mengalami pendarahan hebat. Dia koma.. !!”
“Segera lakukan penanganan suster.. !!”
“Sudah dok, namun tidak berhasil…sepertinya kita hanya menunggu waktu.”
“Sebentar saya lihat dulu ..”
“Suster tolong kabari keluarga besarnya, pasien ini sudah tak bisa tertolong lagi..”
“Baik Dok..”
*****
Keesokkan harinya
“Bu, Rahmat bisa melihat bu …”
“Alhamdulillah !! Doamu di dengar Allah Mat !!”
“Bu, mana bang Udin? Rahmat mau ketemu abang,”
“Kamu istirahat dulu Mat, nanti kita lihat abangmu.”

*****
Dua hari Kemudian
“Yuk Mat, hari ini kamu sudah boleh pulang.”
“Bu, kok bang Udin nggak jenguk – jenguk Rahmat sih?”
“Kan ibu janji sama Rahmat, kalo Rahmat pulang, kita liat bang Udin.”
“Bang Udin sakit mak? Tapi kasian juga, kalo abang harus ke rumah sakit pake tongkat..”
“Udah yuk, bapak udah di parkiran, nggak jualan hari ini. Pinjem angkot pak Wahid buat jemput kamu.”
*****
“Bu, ini mau lewat mana? Kok nggak kaya jalan biasa? Apa rutenya udah diganti bu?”
“Nggak, bapak mau ajak Rahmat jalan – jalan dulu. Bener kan pak?”
“Iya Mat, bapak mau ajak kamu keliling,,, mau kan?”
“Tapi kasian bang Udin di rumah nunggu Rahmat kelamaan pak – bu …”
Bapak dan ibu seketika bertatapan.
“Yuk turun mat..”
“Loh kok ke makam..?”
“Yuk sebentar aja Mat abis itu baru kita pulang …”
Mereka bertiga berjalan melewati nisan – nisan yang tertata rapi berbaris. Sampai pada sebuah makam yang tanahnya masih basah, bunga tabur yang sudah kering pun masih nampak di atas gundukkannya.
“Mat, duduk sini. Liat coba ini makam siapa?”
Syahrudin Bin Zailani
Jakarta, 23 Juni 1990
Wafat, 26 Desember 2011
“Baaaaaangg,,,,,,,,,, kenapa ninggalin Rahmat bang??”
“Udah Mat,, yang sabar,, ini abang titip surat buat kamu ..”
buat Rahmat,
Mat maaf ya abang nggak pamit. Rahmat jangan sedih ya.. 
ini yang waktu itu abang pernah bilang, abang mau kasih kamu kado tahun baru. 
Abang yakin kamu bisa ngeliat lagi. Abang pengen liat Rahmat bisa main petasan lagi, bisa liat
kembang api lagi. Abang sayang sama Rahmat. Rahmat nggak akan sendirian,, Abang
selalu ada di deket Rahmat. Titip mata abang ya Mat. Anggep aja itu pengganti
abang. Jagain ibu sama bapak ya.
Wasalam
-Bang Udin- 

Tetap Modis Di Musim Hujan Dengan Pakaian Lama


Jakarta di landa hujan berkepanjangan. Cuaca buruk mulai menghantui kita. Banyak rencana gagal karenanya. Sampai – sampai untuk beraktifitas pun kita harus kebingungan mencari pakaian apa yang pantas dipakai. Mau membeli pakaian pun tidak ada budget lebih. Untuk kaum hawa jangan mengira jika di musim hujan anda tidak bisa tampil modis. Padu padankan pakaian anda agar terlihat tetap fashionable walaupun cuaca diluar sedang tidak bersahabat. Tidak perlu menguras kocek untuk membeli pakaian baru. Manfaatkan pakaian lama anda yang sudah hampir tidak terpakai. Yuk buka lemari ..!!
Coba cari celana panjang training yang anda miliki. Biasanya celana training kita berwarna terang. Dan berbentuk gombrong. Kita tetap bisa terlihat modis kok jika memakainya. Untuk warna terang tidak masalah. Karena trend pakaian di 2012 mengangkat warna – warna terang. Seperti merah, pink, orange, bahkan hijau muda. Lalu untuk ukuran bisa kita buat pas badan. Bisa di permak atau dikecilkan sesuai lingkar paha. Bisa juga dibuat potongan model pensil. Ini sedang trend juga lho.
Jaket parasut. Untuk jaket ini tetap bisa kita kenakan walau terkesan vintage. Ganti warna retsleting atau zippernya dengan warna yang bertabrakan dengan warna jaketnya. Jika anda tidak nyaman dengan ukurannya yang besar bisa juga anda buat pas badan. Asalkan tetap nyaman. Tarik sedikit (bukan di gulung) bagian lengan ke atas saat dipakai, agar menimbulkan kesan santai. Baju lengan panjang. Jika di dalam lemari baju anda hanya ada baju lengan panjang polos dan sangat membosankan, cobalah beri sedikit ornament agar terlihat menarik. Seperti memasang badge pada bagian ujung bawah kanan atau kiri (jika anda bertubuh gemuk jangan pasang badge di bagian atas karena akan memberikan kesan lebih besar dari ukuran tubuh anda) atau bisa diberi tambahan kancing warna – warni di bagian tengah tersusun ke bawah. Jika warnanya mulai pudar, bisa gunakan pewarna pakaian (wantek). Cara menggunakannya bisa dilihat dalam kemasannya. Tapi harus dengan warna yang tersedia. Karena jika tidak maka pakaian anda malah akan rusak warnanya. Atau jika kita tidak percaya diri dengan motifnya yang mencolok. Jangan khawatir, motif mencolok pun saat ini sedang menjadi trend di 2012. Motif flora yang besar dengan warna yang mencolok mulai di cari di banyak department store. Untuk mengurangi kesan mencolok bisa mempergunakan aksesoris yang sederhana.
Kenapa harus bahan parasut? Karena bahan parasut tidak menyerap dingin. Bisa kita perhatikan mereka yang menyukai hobi hiking atau naik gunung. Mereka akan memilih celana atau jaket dengan bahan parasut. Karena bahan parasut juga bisa mempertahankan suhu panas tubuh kita.
Lalu Scarf atau Syal, aksesoris ini cukup membantu penampilan kita. Bahan dan warnanya bermacam – macam. Memberikan kita kebebasan memilih. Jika anda tidak memiliki scarf, bisa gunakan selendang sebagai pengganti. Tetap dengan rumus tabrak warna atau motif. Agar tetap kelihatan trendy.
Jangan malu mempergunakan sarung tangan. Cuaca diluar yang dingin akan membuat kulit kita menjadi kering. Body lotion saja tidak cukup untuk melembabkan kulit kita. Maka sarung tangan bisa menjadi alternative melindungi kelembaban kulit. Karena saat ini pengendara sepeda motor tidak hanya sebatas laki – laki, maka pihak konveksi mengeluarkan produk sarung tangan berbahan kaos dengan motif khusus wanita. Seperti gambar kartun, motif bunga, dll. Harganya cukup murah. Berkisar antara 10ribu hingga 30 ribu rupiah. Selain sarung tangan, anda juga dihalalkan memakai kaos kaki. Pilihlah kaos kaki berwarna gelap karena tidak menyerap dingin. pilih yang 100% berbahan katun. Untuk menghindari lembab dan bau kaki.
Saya ingatkan juga, hindari penggunaan pakaian berbahan jeans saat musim hujan berlangsung. Apalagi curah hujan yang semakin tinggi akhir – akhir ini. Karena bahan jeans sangat mudah menyerap dingin. Anda bisa lebih kedinginan menggunakan celana panjang berbahan jeans daripada celana pendek berbahan parasit. Tidak ada yang tak mungkin jika anda kreatif. Mari berhemat walau ingin tampil modis.
Salam Hangat 

Argo Parahyangan : Kereta Berkelas Bisnis Dengan Harga Eksekutif


Ini kali pertama saya membuat reportase di atas kereta berjalan. Ini bagian dari acara jalan – jalan saya di Bandung untuk melihat persiapan Imlek di Kota Kembang tersebut. Tapi yang saya temui baru beberapa mall yang di lobby-nya di pasangi hiasan lampion, dan hiasan naga yang digantung di langit – langitnya. Tapi yang lebih menarik untuk saya adalah banyaknya hal unik dan menarik sepanjang perjalanan saya kembali ke Jakarta. Saya menggunakan kereta Bisnis Parahyangan. Saat kereta akan lepas dari stasiun Bandung saya masih mampu mendengar sayup – sayup iringan live music disana. Sampai akhirnya kereta di berangkatkan ke Jakarta. Sepanjang perjalanan mama mengeluhkan bahwa ia mengantuk. Oleh karena itu saya memutuskan untuk berdiri dekat toilet bersama beberapa pegawai cleaning service kereta.
Jika saya bandingkan antara kereta Bisnis Senja atau Fajar Utama Yogyakarta dengan kereta bisnis Argo Parahyangan nampak perbedaan yang sangat signifikan diantara keduanya. Di kereta Bisnis jurusan Yogyakarta saya banyak menemukan ketidakpuasan. Salah satunya dari segi kebersihan. Sampah dimana – mana, lantai yang basah bekas minuman, dan yang paling utama adalah bau tak sedap dari toilet.
Dan kondisi yang amat sangat berbeda saya temukan di kereta bisnis Bandung. Memang kereta Argo Parahyangan ini antara gerbong Bisnis dan Eksekutif disambung, tapi apa yang kami dapatkan di kelas bisnis tidak jauh berbeda dengan kelas Eksekutif. Selama saya berdiri di dekat toilet, ada hal yang membuat saya kagum pada petugas kebersihan saat itu. Sebelum dan sesudah penumpang menggunakan toilet pasti mereka lebih dulu memeriksa kondisi toilet. Lantainya selalu dibuat dalam keadaan kering, air dalam ember (air untuk membasuh) selalu di check kondisinya (penuh/tidak). Dan yang pasti toilet tidak dibiarkan menebarkan bau tidak sedap.
Hampir 15 menit saya berdiri disana. Memperhatikan pemandangan dari kaca pintu sambil sesekali mempehatikan aktifitas para petugas cleaning service. Sapu, lap basah, serta pengharum toilet (karbol) tak lepas dari genggaman mereka. Dan satu hal lagi, mereka tidak berbincang – bincang yang tidak penting antara satu dengan yang lainnya. Semua fokus dengan tugasnya masing – masing.
Mungkin karena saya perempuan, maka salah satu diantara mereka nampaknya kasihan melihat saya berdiri sejak tadi. Maka mereka menyodorkan kursi kecil (dingklik) pada saya. Beberapa penumpang yang merokok di dekat toilet kelihatan iri dengan perilaku petugas yang seperti men-spesialkan saya. Tapi anggap saja itu bonus Imlek yang saya dapatkan. Selain itupula, kami yang berdiri di dekat toilet diberikan hot coffee yang dikemas dengan gelas berbahan stereo foam secara cuma – cuma. Bahkan diberi penawaran untuk duduk di restorasi, tanpa harus memesan makanan atau minuman disana. Saya kurang paham, apakah ini adalah pelayanan special menyambut perayaan Imlek atau dalam keseharian mereka dituntut untuk memberikan pelayanan sedemikian rupa, yang pasti saya sangat puas dengan service yang ditawarkan oleh kereta api Bisnis Argo Parahyangan.
PT Kereta Api Indonesia ternyata sudah mulai membenahi diri, walau terdapat permasalahan di sana sini. Paling tidak dengan layanan ini, dapat memuaskan penumpang dan dapat mempertahankan peminat kereta api. Semoga PT KAI terus akan berkembang dan menyelesaikan persoalan2 nya secara baik dan terencana.
Salam Cengengesan

Menemukan Pungli Di Wilayah Kepabeanan? Ini Jalan Keluarnya


Setahun yang lalu saya dimintai tolong oleh orangtua untuk mengurus dokumen impor kantornya di pelabuhan Tanjung Priok. Ada sedikit kekhawatiran, karena ini pertama kali saya mengurus dokumen exim (expor - impor). Tapi beliau bilang saya hanya tinggal menyerahkan dokumen saja. Dokumen lengkap sudah di set sedemikian rupa oleh papa sesuai dengan ketentuan dari pihak Beacukai. Dan saya pun langsung berangkat ke pelabuhan tanjung Priok.
Setelah sampai di kantor induk Bea cukai Tanjung Priok, ternyata ada beberapa dokumen yang belum dilengkapi. Seperti Delivery Order (D/O) dan Packing List. Ditambah lagi mereka juga menanyakan kartu PPJK (Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan) saya. Karena selain importir atau eksportir langsung maka diwajibkan untuk memakai ID PPJK. Karena seringkali terjadi penipuan disana. Saya benar - benar tidak paham. Sampai akhirnya pihak Bea Cukai (BC) meminta saya menghubungi papa saya untuk datang sendiri ke sana. Saat menunggu papa datang saya mendapatkan info dari orang yang duduk disebelah saya. Awalnya dia menanyakan saya sedang mengurus dokumen apa. Saya ceritakan kejadian tadi. Yang mengejutkan saya, orang tersebut mengatakan bahwa sebenarnya saya tidak perlu repot - repot meminta papa saya datang. Karena itu bisa diselesaikan dengan “uang pelicin’.
Karena masalah itu maka papa saya meminta saya untuk mengikuti Diklat Ahli Kepabeanan yang kebetulan lokasinya dekat dengan rumah. Dengan maksud agar saya paham dan bisa menghindari tindakan di luar peraturan yang sudah ditetapkan pihak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Perlu digaris bawahi, Diklat Ahli Kepabeanan berbeda dengan Sekolah Bea Cukai.
Bagi anda yang pernah mengurus dokumen di pelabuhan, pasti anda pernah melihat orang yang mengenakan seragam berwarna biru muda bertuliskan GAFEKSI (Gabungan Forwarder dan Ekspedisi INDONESIA) atau biasa disebut staff MKL (Muatan Kapal Laut). Merekalah staff yang sudah terbiasa mengurus dokumen ekspor dan impor.
Profesi ini tidak mudah, anda tidak bisa memahami hanya dalam waktu satu atau dua bulan saja tanpa adanya praktek lapangan dan didukung oleh pendidikan khusus tentang kepabeanan. Karena dalam kesehariannya staff MKL akan selalu berhubungan dengan Bea Cukai. Banyak peraturan yang harus dimengerti.
Patut diketahui bahwa ini adalah profesi yang cukup mahal. Jika kita adalah lulusan Strata Satu dengan jurusan yang sama sekali tidak berhubungan dengan ekspor – impor maka kita diwajibkan untuk mengikuti Diklat Ahli Kepabeanan. Ini adalah Diklat hasil kerjasama antara pihak Bea Cukai dan Lembaga penyedia jasa pendidikan. Narasumber atau guru yang akan memberikan materi adalah para petinggi di Bea Cukai. Jadi otomatis mereka yang mengikuti sekolah ahli Kepabeanan akan lebih mengerti karena yang mengajarkan langsung dari pihak Bea Cukai itu sendiri. Waktu belajar cukup singkat. Hanya sekitar 3 (tiga) bulan, tapi biayanya cukup mahal. Sekitar 6 sampai 7 juta rupiah. Biasanya biaya ditanggung pihak perusahan dimana mereka bekerja. Tapi jika tidak bekerja di bidang itu dan tetap mau mengenyam pendidikan non- akademis tersebut maka harus merogoh kocek agak dalam. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk para direktur yang ingin mengikuti sekolah singkat ini. Karena siapapun bisa mengikuti sekolah ini. Asalkan minimal berijazah SMU.
Setelah mengikuti diklat, maka para peserta dihadapkan pada ujian Negara. Jangan salah, Diklat Kepabeanan ini juga mengeluarkan ijazah resmi dari Negara. Sama seperti sekolah formal. Jika tidak lulus maka kita tidak perlu mengulang diklatnya. Tapi kita bisa mengikuti Ujian Negara saja di gelombang berikutnya. Ijazah ini bisa menaikkan posisi kita di bidang exim (export-import), karena dengan modal ilmu kepabeanan kita tidak hanya bisa menjadi staff operasional saja, tapi kita juga bisa menjadi tim pembela manakala perusahaan dimana kita bekerja sedang bermasalah dengan pihak Bea Cukai yang suka “nyeleneh” dalam melaksanakan tugasnya.
Mengenai pungli yang masih sering kita temui di wilayah Bea Cukai maka Diklat Ahli Kepabeanan adalah salah satu jalan keluar. Selain itu Masyarakat sebenarnya tidak perlu enggan melaporkan segala tindak tanduk yang merugikan mereka. Toh selama pendidikan petugas-petugas tersebut diajarkan untuk berbuat baik dan menjujung tinggi tugas negara yang diemban. Cara melaporkan tindakan pungli tersebut yaitu dengan menghubungi Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai: Meja Pengaduan Pusat Kepatuhan Internal Kepabeanan dan Cukai pada Gedung B Lantai 1 Kantor Pusat DJBC, Jl. Jenderal Ahmad Yani, Jakarta. Telepon di 0800-100-3545 (Bebas Pulsa) dan (021) 489 0308 ext. 767. Faksimili di (021) 489 0966. Bisa juga dengan E-mail di puski.beacukai@gmail.com atau pengaduan.beacukai@customs.go.id.
Oleh karena itu, apabila menemukan gelagat yang kurang baik, banyak jalan untuk menindak mereka. Artinya masyarakat juga ikut mengemban tugas sebagai pengawas langsung bagi mereka. Dengan begitu akan tercipta penyelegaraan keamanan yang bersih dan berwibawa. Inilah sekelumit cerita saya, dimana Diklat Ahli Kepabeanan bisa menjadi pegangan kita sebagai pekerja export – import.
Salam Cengengesan

Waspadai Manajemen Artis!! Bisa Menguntungkan Bisa Pula Merugikan


Industri musik Indonesia beberapa tahun terakhir nampak ramai dengan kehadiran band – band baru yang bermunculan. Event – event pencarian bakat oleh beberapa manajemen artist sering dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Kebetulan beberapa minggu lalu saya mendapatkan sms dari seorang sahabat yang kini menetap di Jakarta. Ia berasal dari Yogyakarta. Profesinya adalah seorang gitaris dari band yang mengusung musik beraliran reggae. Berawal dari sekedar bertanya kabar maka kami pun membahas perkembangan bandnya yang kini sudah dilirik oleh sebuah manajemen artis. Awalnya band mereka dikenal hanya sebatas band indie, sering melanglangbuana café to café,atau event – event bergengsi di wilayah Jawa. Lalu setelah pihak manajemen artis melakukan pencarian bakat maka band mereka dianggap masuk kriteria dan hijrahlah mereka ke Jakarta.
Semua di atur oleh pihak manajemen artis. Dari tempat tinggal di ibukota, jadwal manggung, perubahan nama band, sampai dengan urusan RBT. Pada awalnya semua sesuai dengan kontrak kerja, antara pihak band rekan saya dengan pihak manajemen artisnya. Tapi lama – kelamaan banyak hal yang sedikit mengganggu perjalanan bermusik mereka. Job terbengkalai. Dan dengan terpaksa terkadang band ini harus mencari job sendiri. Lalu honor RBT  yang tak kunjung dibayarkan, jika ditanya pada yang bersangkutan selalu tidak ada jawaban yang memuaskan. Dan yang lebih membuat rekan saya naik pitam adalah pihak manajemen artis tersebut lebih mengurus band yang lebih lama jam terbangnya daripada band rekan saya ini dengan alasan sudah memiliki banyak fans.
Hal ini sungguh diluar bayangan rekan saya, pandangan tentang keuntungan mengais rezeki di Jakarta dengan bermodalkan kemampuan bermusik mereka sudah jauh dari jangkauan. Padahal jika mereka tetap di Jogja banyak sekali job yang sudah menunggu. Tapi perilah kontrak yang sudah terlanjur di tanda tangani maka mereka tidak bisa asal – asalan menerima job diluar kesepakatan dengan pihak manajemen.
Mayoritas masyarakat awam menganggap menjadi artis sama seperti investasi. Kekayaan yang di depan mata, mobil dan rumah mewah yang akan menjadi bagian dari hidupnya. Tapi coba tengok dan lihat lebih jauh ke dalam dunia entertainment, terkadang produktivitas akan terbenam diantara para pendatang baru yang lebih muda, inovatif, dan memiliki daya jual lebih. Banyak artis – artis baik artis sinetron, sineas, penyanyi, pemain band, yang akhirnya tak jelas masa depannya seiring berjalannya waktu. Banyak pula yang tertipu oleh pihak manajemen bahkan oleh asistennya sendiri.
Boleh dibilang industri musik di Indonesia saat ini sudah mulai mampu bersaing dengan industri musik mancanegara. Oleh karena itu pihak manajemen artis akan terus memilih yang terbaik diantara yang paling baik.
Yang jadi pertanyaan adalah, apakah manajemen artis yang baru – baru ini bermunculan memiliki dasar manajemen yang bisa me-manage artisnya dengan baik? Atau hanya sekedar mengais keuntungan tanpa memperdulikan kesejahteraan artisnya?
Jangan tergiur dengan janji – janji kepopuleran yang ditawarkan pihak manajemen artis. Kepopuleran bukan kebutuhan melainkan hadiah atas kerja keras anda. Kenali dulu siapa mereka. Bagaimana cara kerjanya. Perbanyak informasi tentang eksistensinya. Jangan menandatangani kontrak sebelum mencermati setiap point di dalam surat perjanjian hanya karena azas kepercayaan. Karena jika sekali salah melangkah maka anda akan berhadapan dengan pihak berwajib, dan itu sangat memakan waktu dan biaya, walaupun pada awalnya anda yang merasa dirugikan.

Karena Dia (Narkoba) Aku Kehilangan Mereka


Narkoba dan segala dampaknya seakan tak henti – hentinya menghiasi rentetan permasalah kriminal bangsa ini. Laki – laki dan perempuan semakin tak ada bedanya. Semua saling mengukir prestasi kejahatan dengan modus yang bervariasi. Narkoba atau Napza sesungguhnya adalah senyawa yang digunakan oleh dokter untuk dikonsumsi pasien yang akan menjalani operasi. Tapi dikonsumsi dengan salah kaprah oleh orang – orang dengan kondisi tubuh yang sehat.
Narkoba identik dengan HIV Aids. Dan saya mengenal keduanya sejak 10 tahun terakhir. 3 orang sepupu, dan seorang sahabat saya adalah pengidap virus HIV Aids. Mereka memakai Narkoba jenis Putaw. Dari keempat orang itu yang masih bertahan hidup hingga saat ini hanya 1 orang. Saat saya masih duduk di bangku sekolah menengah atas, mereka berempat seringkali saya dapati sedang menggunakan putaw di rumah kosong dekat dengan rumah kebetulan rumah kami memang bedekatan. Berawal dari kebiasan salah satunya mengkonsumsi putaw terlebih dahulu, lalu saat ia merasa nikmat hal itu disaksikan oleh yang lain. Rasa ingin tahu, penasaran, dan ikut – ikutan adalah alasan utama akhirnya mereka semua menggunakan barang haram itu.
Yang saya tahu pemakaian Putaw bisa dilakukan dengan bermacam cara. Dicampur dengan rokok, dibakar di atas alumunium foil lalu dihirup asapnya, dimakan langsung seperti puyer maag, tapi untuk pecandu kelas berat biasanya mereka menggunakan cara disuntikkan langsung pada pembuluh vena. Kebetulan sepupu dan sahabat saya itu menggunakan cara terakhir. Yaitu dengan suntikkan. Saya masih ingat betul apa yang mereka siapkan sebelum memulai ritual tersebut. Mereka akan menyiapkantali dan insulinCara pemakaiannya, bagian lengan si mereka diikat dengan tali agar pembuluh vena mereka menonjol keluar. Insulin tadi diisi bubuk putaw, lalu suntikkan tersebut ditusukkan ke pembuluh Vena, tapi bubuk putaw tersebut tidak langsung dimasukkan ke dalam pembuluh, tapi darah dalam pembuluh ditarik terlebih dahulu agar Putaw dan darah bercampur jadi satu. Setelah kedua unsur tesebut bercampur jadi satu, barulah perlahan – lahan campuran tersebut disuntikkan dengan cara seperti dipompa hingga habis. Proses pemompaannya mirip sekali dengan saat kita diambil darah untuk pemeriksaan tes laboratorium.
Selang beberapa tahun salah satu dari mereka sebut saja namanya Jim, ia di vonis positif mengidap HIV Aids. Kemungkinan besar karena jarum suntik yang digunakan secara bergantian.
Keluhan pertama adalah mereka mengalami linu yang luar biasa pada bagian persendian. Mual – mual, hidung dan mata berair, gejala diare yang bisa terjadi berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun. Merasa kedinginan luar biasa. Keanehan lainnya bisa saya lihat saat sepupu saya makan. Ia tidak bisa makan – makanan yang panas. Semua makanan harus dimasukkan ke dalam lemari es terlebih dahulu. Termasuk mie instant.
Akhirnya keluarga besar kami memutuskan untuk merujuknya ke RS. Cipto Mangunkusumo. Disana Jim dimasukkan ke ruang rawat isolasi. Siapapun yang ingin menjenguk dilarang melakukan kontak fisik. Dengan alasan takut tertular. Kami hanya bisa memantau dari kaca dengan perasaan miris. Saya saksikan sendiri bagaimana Jim meronta kesakitan.
Pemeriksaan terus dilakukan setiap harinya. Ternyata Jim juga mengidap depresi. Ini hal jamak yang terjadi pada seorang Junkies (sebutan untuk pemakai narkoba). Kak Jim sempat koma selama seminggu sampai pada akhirnya almarhum meninggal, ia tidak mampu bertahan hidup.
Setelah acara pemakaman pihak RS membakar kasur yang dipakai kak Jim di ruang isolasi. Dokter yang merawat pun menganjurkan untuk membakar kasur kak Jim di rumah dan pakaiannya ikut dibakar juga untuk menghindari orang lain terinveksi virus yang sama.
Di tahun berikutnya sepupu dan sahabat saya meninggal dalam jarak hanya hitungan bulan. Dengan latar belakang keluhan yang sedikit berbeda, sebelum meninggal sahabat saya masih sadar, tapi sudah tidak mampu mendengar apapun. Muncul luka seperti bisul di bagian bibirnya. matanya berwarna kuning. Karena pihak RS angkat tangan maka ia pun tak bisa tertolong lagi. Saat saya mendatangi rumah duka pun saya dilarang mendekati jenazah karena sebelum ia dikuburkan virus itu masih menempel di tubuhnya.
Kini hanya tersisa 1 yang masih bertahan, Kak Sam. Ia sudah sangat peduli dan menyadari akan bahaya HIV yang kini sudah menjadi bagian dari dirinya. Ia terbiasa menggunakan peralatan makan dan mandi sendiri. Tidak bercampur dengan yang lain. Dokter yang kami datangi selalu mengatakan hanya menunggu waktu. Di sisa - sisa hidupnya saat ini Kak Sam menjadi narasumber  di sebuah LSM sebagai pembicara tentang bahaya virus HIV Aids, ia juga semakin mendekatkan diri pada Tuhan dengan rajin beribadah.
Dari pengamatan saya, hindarilah rasa ingin tahu dan coba – coba. Sekali anda kenal maka di saat itu pula anda akan jatuh cinta. Apalagi jika anda kenal langsung dengan bandar narkoba yang pada awalnya tanpa ragu akan memberikan pada anda barang haram tersebut dengan gratis. Selanjutnya jika anda tak memiliki uang  untuk membeli narkoba maka anda akan dibiarkan seperti anjing yang memohon – mohon pada majikannya.
Ini adalah pengalaman menyedihkan dalam hidup saya. Kehilangan mereka yang saya sayangi. Barang haram itu melumpuhkan mimpi orangtua mereka. Selamat jalan sepupu dah sahabatku. Semoga kisah kalian mampu menyadarkan anak bangsa tentang bahaya Narkoba.
Salam 

Tinggal Di Pemukiman Padat Banyak Menuai Pro & Kontra


Tidak semua orang menyukai tinggal di kompleks perumahan, dengan alasan keakraban antar warga setempat kelihatan sangat kurang. Memang jika kita lihat kepeduliaan anatar tetangga lebih konkrit terjadi di pemukinan padat penduduk. Saling tolong dan saling bantu terlihat jelas bentuk nyatanya. Namun dialik kelebihan itu ada pula kekurangan di dalamnya, beberapa orang ada juga yang tidak menyukai tinggal di wilayah padat penduduk dengan alasan karena tetangga yang  “terlalu peduli” membuat semua yang kita lakukan diperhatikan.
Sebagai contoh, saya tinggal di kawasan yang padat penduduknya. Mayoritas yang tinggal disana berkelompok. Entah itu masih ada hubungan keluarga antar satu rumah dengan rumah yang lain atau karena merasa satu suku dan satu kampung. 10 tahun terakhir banyak dari tetangga saya yang mengajak orang dari kampung asalnya untuk tinggal disini. Kebanyakan dari mereka memilih untuk mengontrak rumah. Memang tidak ada salahnya, namun jika akhirnya mereka akan membuat satu kelompok tertentu dan melakukan sesuatu yang menganggu kenyamanan orang lain (bergossip) nampaknya ini sangat merugikan.
Kebanyakan anak gadis di lingkungan rumah saya menikah karena MBA atau “kecelakaan”. Dan biasanya mereka menikah dengan orang yang hanya berbeda Rukun Tetangga (RT). Dan itu sudah pasti menjadi buah bibir. Orangtua dari mereka yang dicibir pun ikut kena sasaran. Diangap Kurang mendidik, kurang memberi perhatian, cari sensasi, dan segenap cibiran lainnya harus mereka telan mentah – mentah sebagai hukuman.  Mereka yang bergossip merasa sebagai orang yang paling benar. Padahal jika ditelusuri riwayat hidupnya, merekapun tak jauh berbeda. Olok – olok bisa terjadi dimana saja. Tak hanya di rumah. Kadang bisa terjadi di kantor juga. Hanya saja jika di kantor jalan keluarnya kemungkinan dengan keluar kerja walaupun akhirnya akan merugikan diri sendiri juga. Apalagi jika diperolok di lingkungan rumah. Apa harus pindah rumah? Sepertinya sangat menyulitkan. Selain biaya juga akan menghabiskan banyak waktu. Belum lagi jika mereka harus bersusah payah beradapatasi lagi dengan lingkungan yang baru.
Kejadian mencibir dan dicibirkan bukan hanya untuk mereka yang hamil di luar nikah saja, tapi bagi mereka yang sudah menikah namun belum memiliki anak, juga bagi yang belum menikah di usia yang cukup dan sangat matang.
Selalu saja ada alasan mereka untuk mengolok – olok. Tanpa pikir panjang, tak peduli kondisi psikis dari mereka yang diperolok. Kondisi ini memang sudah menjadi ciri khas masyarakat kita. Lebih senang membahas aib orang lain daripada kelebihannya. Entah itu dilakukan untuk kepuasan pribadi atau niat memprovokasi para tetangganya dengan maksud agar orang akan ramai – ramai menghakimi dengan cibiran.
Jika kita mau saja sedikit lebih peduli, siapa yang mau hamil diluar nikah? Pertama, mempermalukan nama baik pribadi. Kedua, mencoreng nama baik keluarga besar. Hamil diluar nikah dalam kamus manapun memang salah, namun tak perlu dihukum dengan cibiran. Tanpa dicibur pun mereka tahu dan menyadari kesalahannya.
Untuk permasalahan belum memiliki anak walaupun sudah lama menikah, kemungkinan mereka ada pertimbangan khusus. Mungkin karir, atau kesiapan mental. Karena memiliki seorang momongan bukan hal mudah. Butuh banyak biaya dan pola pikir yang matang untuk menjadi orangtua yang berhasil. Mungkin juga karena Tuhan belum memberikan kepercayaan dan menginginkan suami – dan istri ini lebih erat dulu hubungannya. Agar nantinya, jika saatnya tiba, mereka bisa membesarkan anak dengan kedekatan dan kesamaan pola berfikir dalam mengasuh.
Menyoal belum menikah di usia yang matang, ini pun kemungkinan besar karena pertimbangan karir dan kenyamanan. Mungkin dia masih ingin sendiri, atau memang lebih nyaman sendiri. Tidak menikah itu pilihan. Walaupun menurut agama, manusia itu diciptakan berpasang – pasangan.
Jadi bersikaplah dewasa. Hargailah oranglain dan diri anda sendiri. Sebelum mencibir, berkacalah dulu. Apakah anda pantas untuk membicarakan aib dari orang lain? Apakah anda cukup sempurna untuk menjelek – jelekkan orang lain?
Dan untuk anda yang merasa dijadikan buah bibir, bersabarlah. Anggaplah ini sebagai ujian. Tetap memandang kedepan, jangan menolek kebelakang. Karena tanggung jawab anda bukan pada mereka, tapi pada Tuhan dan keluarga anda. Tetap tersenyum dan   nikmati hidup anda.
Salam

Cerpen : Ada Bahagia Dari Sebuah Kehilangan


“Mas, maaf aku nggak bisa lagi sama kamu!”
“Ada apa? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini? Apa salahku?”
“Sudahlah! Aku jenuh. Aku ingin mencari orang yang jauh lebih baik darimu.”
“Sayang, tolong pikirkan ini baik – baik. Kita sudah menjalani hubungan ini dengan amat serius. Jangan biarkan egomu merusak kebahagiaan kita… please …”
“Kebahagiaan apa yang kamu maksudkan? Aku tak pernah bahagia denganmu. Aku tak melihat aka nada tanda – tanda kesuksesan ada padamu. Dan aku tak mau kelak anak – anakku nanti kesulitan dalam hidupnya karena memiliki ayah sepertimu. Sekarang, lupakan aku. Kalau kau sayang aku, kau akan melakukan apapun yang aku mau!!”
“Hanya karena lelaki itu? Apa dia yang membuatmu meninggalkanku?”
“Sudah mas! Cukup! Sekarang tinggalkan aku, aku muak!!”
***
Aku masih menapaki jalan ini, ya , sendiri. Tanpanya lagi. Wanita yang telah menemaniku 3 tahun terakhir ini. Laras. Nama indah itu tlah mampu membuatku mati kutu. Mampu meluluhkan segenap keegoanku. Senyumnya, auranya, kasih sayangnya, kehangatannya, semua. Semua yang ia miliki begitu sudah tertata indah dalam hatiku. Tapi itu dulu. saat ia belum kerasukan setan jahanam yang membawanya pergi, menyakitiku dan meninggalkan harapan kami.
Apa kabar ia sekarang? Masihkah ia indah seperti dulu? Pastinya! Ia pasti sedang menikmati bulan – bulan pertama dengan kekasih barunya. Sementara aku disini masih merindukan dan berharap ia kembali dan mengingat semua yang pernah kami lalui.
“Gus, mana Laras? Kok ibu nggak pernah lihat dia main kesini?”
“ehm.. Laras bu? Oh itu dia sibuk bu,,”
“Biasanya minimal seminggu sekali kesini. Kok ini ibu hitung hampir satu bulan dia nggak mampir? Kamu juga kalau malam minggu di rumah terus? Ada masalah antara kalian?”
“Anu bu,, anu,, nggak kok Cuma Laras sedang sibuk sama urusan kantornya. Maklum bu, dia kan pegawai yang jam kerjanya nggak bisa diatur sendiri, jadinya ya begitu. Sudah ya bu, Bagus mau mandi dulu.”
Ibu selalu saja menanyakan dimana Laras, kemana Laras, bagaimana keadaannya. Beliau menaruh harapan yang kuat agar kami selalu bersama. Pantas, Laras selalu memiliki keunikkan yang membuatnya dicintai banyak orang. Tapi mengapa Larasku berubah? Apa yang salah denganku? Aku mencoba membuatnya tersenyum diantara luka – lukanya. Mencoba selalu ada saat ia terduduk lemah kala ada orang – orang menyakitinya. Tapi kenapa ini yang ia persembahkan untukku?
***
“Morning Laras, aku ada kabar baik untukmu.” Wina rekan kerja Laras mengirimkan sebuah pesan singkat ke handphone Laras.
“Hey Win, apa say? Bikin penasaran aja.. hahaha ..” Balas Laras diiringi kerungat kening yang membuatnya semakin terlihat cantik.
“Nggak sabar ketemu kamu di kantor, ya udah aku sms aja hehehe. Nih aku kasih nomor cowok cakep dan tajir pula. Mau donk? Daripada kamu sama si Bagus yang sama sekali ga ada bagus – bagusnya hahaha … save ya say ..”
“Oh ok, nanti aku save Win. Anyway thanks a lot dear ..”
Laras mengulum senyum saat menyimpan kontak pria yang dimaksudkan oleh Wina. Muncul keusilan dalam benaknya. Inilah salah satunya cara untuk membuatnya terlepas dari Bagus.
Jam makan siang, Laras mendapatkan pesan masuk dari nomor yang sudah ia save tadi. Sebuah sapaan hangat khas pria penjaja cinta masuk dalam kotak pesannya.
“Hi Laras, salam kenal, aku Genta teman Wina. Tadi Wina sudah kasih nomerku ke kamu kan?”
Laras tertawa sumringah. Beberapa teman kantornya memandangi dengan aneh. Termasuk Wina.
“Kenapa sih Ras? Kok seneng banget?” Wina bertanya penuh rasa penasaran.
“Winnnn, liat siapa yang sms aku ..” jawab Laras sambil menunjukkan isi sms dari Genta.
“Ya ampun lebay banget deh.. ya udah sana balas. Keburu dia cari cewek lain loh.”
Laras merengut, menambah lucu air mukanya.
***
Setelah hari itu keduanya semakin akrab. Dan janjian untuk bertemu. Namun Laras harus selalu berpura – pura di hadapan Bagus sebelum dirinya dan Genta benar – benar resmi berpacaran.
“Yank, hari ini ibu mau ketemu kamu. pulang kerja ku jemput ya?”
“Wah mas nggak bisa, aku mau check lokasi event minggu depan. Salam aja sama ibu, kalau aku nggak sibuk pasti aku mampir kerumah.”
Laras selau saja mencari – cari alasan untuk menutupi gerakan bawah tanahnya dengan Genta. Dan Bagus yang polos selalu menerima setiap alasan Laras dengan lapang dada.
Sampai akhirnya Laras dan Genta resmi menjadi sepasang kekasih. Laras tak bisa menjalani keduanya. Maka ia mengorbankan Bagus dengan segala kesabarannya dan memilih Genta si pemuda yang benar – benar baru dikenalnya. Bukan salah Wina, tapi ini salah Laras. Karena Laras selalu menceritakan keburukan Bagus pada Wina sementara kebaikan Bagus sama sekali tak ia singgung, dan Wina sebagai sahabat tentu mau melihat sahabatnya bahagia.
***
Ini hari jadi Bagus dan Laras. Bagus hendak menyiapkan kejutan untuk Laras dengan menyiapkan makan malam di sebuah gerbong kereta bekas. Bagus memang selalu unik. Idenya tak pernah terbayangkan oleh siapapun. Bagus sudah menyiapkan puluhan lilin aneka warna. Membeli taplak meja dengan motif bunga Lily favorit Laras. Lengkap dengan sebuah kalung perak bakar ber-design unik yang sudah ia browsing dari internet beberapa bulan lalu.
Setelah menata semuanya dengan sempurna, Bagus pun meminta salah satu rekannya untuk menjaga gerbong itu agar tak dirusak oleh siapapun. Ia hendak berangkat menjemput Laras di tempat kerjanya.
Sesampainya disana, Bagas tak mampu berkata – kata. Sebuah merci kini harus menjadi saingan motor tuanya. Jam tangan jutaan rupiah kini harus jadi saingan gelang – gelang karetnya, parfume ratusan ribu harus menjadi saingan deodorant-nya. Larasnya kini menggelayut manja memasuki mobil mewah itu. hati Bagas panas. Tak mampu ia beranjak turun dari motornya. Matanya hampir basah. Namun ia tak mau kelihatan cengeng di hadapan satpam kantor Laras yang tahu tentang hubungan mereka selama ini.
Bagus pun menyalakan motor tuanya yang malam ini lebih bersahabat karena tak mogok. Ia tak tahu hendak kemana. Harapannya hilang terbawa deru mobil mewah itu.
***
“Mas, aku nggak sabar menunggu tanggal pertunangan kita.” Seorang wanita tengah menempelkan kepalanya di bahu Bagus dengan mesra. Ialah pengganti Laras. Wanita yang mampu membuat Bagus melupakan Laras. Namanya Diana. Wanita sederhana dan baik budinya yang berhasil mendapatkan cinta Bagus.
“Iya sayang, aku juga. Terimakasih telah membawaku lepas dari belenggu sakit hati. Aku yakin kamu lah yang terbaik.”
“beep..beep….”
Sebuah pesan singkat masuk ke handphone Bagus. Dibuka perlahan. Bagus terhenyak. Deretan nomor yang masih ia hafal mendadak mengiriminya sebuah pesan.
“Mas Bagus, masih ingat aku? Aku Laras mas. Apa kabarmu. Mas, maafkan aku, mungkin aku telah salah meninggalkanmu dan memilih Genta. Aku menyesal mas, ternyata Genta kasar, ia hobi main perempuan. Aku benci sama dia. Mas, kapan bisa ketemu? Aku main ya kerumahmu, aku rindu kamu dan ibu.”
Bagus terdiam sejenak. Diana memandangi Bagus dengan ekspresi penuh tanda tanya. Tanpa menunggu lama Bagus membalas pesan itu, “ Laras? Aku baik. Minggu depan aku akan bertunangan dengan Diana. Jika kau mau kerumahku di hari-H pertunanganku aku akan merasa sangat senang. Ku tunggu ya ..”
_____________________________________________________________
Untuk Sahabatku di Yogya, hidup ini penuh terjal
sama halnya dengan cinta yang tak pernah selalu lurus dan tenang
Nikmati indah hidupmu,
Karena kau yang mampu menata suasana itu
_____________________________________________________________