Selasa, 24 April 2012

Cerpen : Ada Bahagia Dari Sebuah Kehilangan


“Mas, maaf aku nggak bisa lagi sama kamu!”
“Ada apa? Kenapa kamu bisa berubah seperti ini? Apa salahku?”
“Sudahlah! Aku jenuh. Aku ingin mencari orang yang jauh lebih baik darimu.”
“Sayang, tolong pikirkan ini baik – baik. Kita sudah menjalani hubungan ini dengan amat serius. Jangan biarkan egomu merusak kebahagiaan kita… please …”
“Kebahagiaan apa yang kamu maksudkan? Aku tak pernah bahagia denganmu. Aku tak melihat aka nada tanda – tanda kesuksesan ada padamu. Dan aku tak mau kelak anak – anakku nanti kesulitan dalam hidupnya karena memiliki ayah sepertimu. Sekarang, lupakan aku. Kalau kau sayang aku, kau akan melakukan apapun yang aku mau!!”
“Hanya karena lelaki itu? Apa dia yang membuatmu meninggalkanku?”
“Sudah mas! Cukup! Sekarang tinggalkan aku, aku muak!!”
***
Aku masih menapaki jalan ini, ya , sendiri. Tanpanya lagi. Wanita yang telah menemaniku 3 tahun terakhir ini. Laras. Nama indah itu tlah mampu membuatku mati kutu. Mampu meluluhkan segenap keegoanku. Senyumnya, auranya, kasih sayangnya, kehangatannya, semua. Semua yang ia miliki begitu sudah tertata indah dalam hatiku. Tapi itu dulu. saat ia belum kerasukan setan jahanam yang membawanya pergi, menyakitiku dan meninggalkan harapan kami.
Apa kabar ia sekarang? Masihkah ia indah seperti dulu? Pastinya! Ia pasti sedang menikmati bulan – bulan pertama dengan kekasih barunya. Sementara aku disini masih merindukan dan berharap ia kembali dan mengingat semua yang pernah kami lalui.
“Gus, mana Laras? Kok ibu nggak pernah lihat dia main kesini?”
“ehm.. Laras bu? Oh itu dia sibuk bu,,”
“Biasanya minimal seminggu sekali kesini. Kok ini ibu hitung hampir satu bulan dia nggak mampir? Kamu juga kalau malam minggu di rumah terus? Ada masalah antara kalian?”
“Anu bu,, anu,, nggak kok Cuma Laras sedang sibuk sama urusan kantornya. Maklum bu, dia kan pegawai yang jam kerjanya nggak bisa diatur sendiri, jadinya ya begitu. Sudah ya bu, Bagus mau mandi dulu.”
Ibu selalu saja menanyakan dimana Laras, kemana Laras, bagaimana keadaannya. Beliau menaruh harapan yang kuat agar kami selalu bersama. Pantas, Laras selalu memiliki keunikkan yang membuatnya dicintai banyak orang. Tapi mengapa Larasku berubah? Apa yang salah denganku? Aku mencoba membuatnya tersenyum diantara luka – lukanya. Mencoba selalu ada saat ia terduduk lemah kala ada orang – orang menyakitinya. Tapi kenapa ini yang ia persembahkan untukku?
***
“Morning Laras, aku ada kabar baik untukmu.” Wina rekan kerja Laras mengirimkan sebuah pesan singkat ke handphone Laras.
“Hey Win, apa say? Bikin penasaran aja.. hahaha ..” Balas Laras diiringi kerungat kening yang membuatnya semakin terlihat cantik.
“Nggak sabar ketemu kamu di kantor, ya udah aku sms aja hehehe. Nih aku kasih nomor cowok cakep dan tajir pula. Mau donk? Daripada kamu sama si Bagus yang sama sekali ga ada bagus – bagusnya hahaha … save ya say ..”
“Oh ok, nanti aku save Win. Anyway thanks a lot dear ..”
Laras mengulum senyum saat menyimpan kontak pria yang dimaksudkan oleh Wina. Muncul keusilan dalam benaknya. Inilah salah satunya cara untuk membuatnya terlepas dari Bagus.
Jam makan siang, Laras mendapatkan pesan masuk dari nomor yang sudah ia save tadi. Sebuah sapaan hangat khas pria penjaja cinta masuk dalam kotak pesannya.
“Hi Laras, salam kenal, aku Genta teman Wina. Tadi Wina sudah kasih nomerku ke kamu kan?”
Laras tertawa sumringah. Beberapa teman kantornya memandangi dengan aneh. Termasuk Wina.
“Kenapa sih Ras? Kok seneng banget?” Wina bertanya penuh rasa penasaran.
“Winnnn, liat siapa yang sms aku ..” jawab Laras sambil menunjukkan isi sms dari Genta.
“Ya ampun lebay banget deh.. ya udah sana balas. Keburu dia cari cewek lain loh.”
Laras merengut, menambah lucu air mukanya.
***
Setelah hari itu keduanya semakin akrab. Dan janjian untuk bertemu. Namun Laras harus selalu berpura – pura di hadapan Bagus sebelum dirinya dan Genta benar – benar resmi berpacaran.
“Yank, hari ini ibu mau ketemu kamu. pulang kerja ku jemput ya?”
“Wah mas nggak bisa, aku mau check lokasi event minggu depan. Salam aja sama ibu, kalau aku nggak sibuk pasti aku mampir kerumah.”
Laras selau saja mencari – cari alasan untuk menutupi gerakan bawah tanahnya dengan Genta. Dan Bagus yang polos selalu menerima setiap alasan Laras dengan lapang dada.
Sampai akhirnya Laras dan Genta resmi menjadi sepasang kekasih. Laras tak bisa menjalani keduanya. Maka ia mengorbankan Bagus dengan segala kesabarannya dan memilih Genta si pemuda yang benar – benar baru dikenalnya. Bukan salah Wina, tapi ini salah Laras. Karena Laras selalu menceritakan keburukan Bagus pada Wina sementara kebaikan Bagus sama sekali tak ia singgung, dan Wina sebagai sahabat tentu mau melihat sahabatnya bahagia.
***
Ini hari jadi Bagus dan Laras. Bagus hendak menyiapkan kejutan untuk Laras dengan menyiapkan makan malam di sebuah gerbong kereta bekas. Bagus memang selalu unik. Idenya tak pernah terbayangkan oleh siapapun. Bagus sudah menyiapkan puluhan lilin aneka warna. Membeli taplak meja dengan motif bunga Lily favorit Laras. Lengkap dengan sebuah kalung perak bakar ber-design unik yang sudah ia browsing dari internet beberapa bulan lalu.
Setelah menata semuanya dengan sempurna, Bagus pun meminta salah satu rekannya untuk menjaga gerbong itu agar tak dirusak oleh siapapun. Ia hendak berangkat menjemput Laras di tempat kerjanya.
Sesampainya disana, Bagas tak mampu berkata – kata. Sebuah merci kini harus menjadi saingan motor tuanya. Jam tangan jutaan rupiah kini harus jadi saingan gelang – gelang karetnya, parfume ratusan ribu harus menjadi saingan deodorant-nya. Larasnya kini menggelayut manja memasuki mobil mewah itu. hati Bagas panas. Tak mampu ia beranjak turun dari motornya. Matanya hampir basah. Namun ia tak mau kelihatan cengeng di hadapan satpam kantor Laras yang tahu tentang hubungan mereka selama ini.
Bagus pun menyalakan motor tuanya yang malam ini lebih bersahabat karena tak mogok. Ia tak tahu hendak kemana. Harapannya hilang terbawa deru mobil mewah itu.
***
“Mas, aku nggak sabar menunggu tanggal pertunangan kita.” Seorang wanita tengah menempelkan kepalanya di bahu Bagus dengan mesra. Ialah pengganti Laras. Wanita yang mampu membuat Bagus melupakan Laras. Namanya Diana. Wanita sederhana dan baik budinya yang berhasil mendapatkan cinta Bagus.
“Iya sayang, aku juga. Terimakasih telah membawaku lepas dari belenggu sakit hati. Aku yakin kamu lah yang terbaik.”
“beep..beep….”
Sebuah pesan singkat masuk ke handphone Bagus. Dibuka perlahan. Bagus terhenyak. Deretan nomor yang masih ia hafal mendadak mengiriminya sebuah pesan.
“Mas Bagus, masih ingat aku? Aku Laras mas. Apa kabarmu. Mas, maafkan aku, mungkin aku telah salah meninggalkanmu dan memilih Genta. Aku menyesal mas, ternyata Genta kasar, ia hobi main perempuan. Aku benci sama dia. Mas, kapan bisa ketemu? Aku main ya kerumahmu, aku rindu kamu dan ibu.”
Bagus terdiam sejenak. Diana memandangi Bagus dengan ekspresi penuh tanda tanya. Tanpa menunggu lama Bagus membalas pesan itu, “ Laras? Aku baik. Minggu depan aku akan bertunangan dengan Diana. Jika kau mau kerumahku di hari-H pertunanganku aku akan merasa sangat senang. Ku tunggu ya ..”
_____________________________________________________________
Untuk Sahabatku di Yogya, hidup ini penuh terjal
sama halnya dengan cinta yang tak pernah selalu lurus dan tenang
Nikmati indah hidupmu,
Karena kau yang mampu menata suasana itu
_____________________________________________________________

Tidak ada komentar: