Selasa, 24 April 2012

Mengundang Orang Lewat Facebook? Yes? or No?


“Makanya punya Facebook donk biar gampang mau ngapa – ngapain”. Pernahkah anda membaca atau mendengar statement seperti itu? Saya yakin pernah. Atau mungkin anda sendiri yang mengucapkan itu pada teman yang sampai saat ini belum juga mendaftarkan dirinya di jejaring sosial maha dasyat itu. Kalau dipikir – pikir aplikasi atau hal apa yang tidak bisa kita temukan di Facebook? Rasanya semua bisa kita temukan di dalamnya. Seperti Online shop, kursus online, pelayanan penyedia jasa, sampai mengundang orang untuk menghadiri event kecil sampai perkawinan bisa memanfaatkan fasilitas Facebook.
Tapi hal instant terkadang tidak selalu bisa diterima dengan baik. Ada beberapa factor dan beberapa alasan ke’instanan menjadi hal yang masih belum bisa diterima dan justru malah menjadi masalah.
Beberapa minggu lalu saya mendapatkan undangan perkawinan dari seorang teman. Dan ini kali kesekian saya diundang dengan undangan online, alias mengundang lewat media sosial. Nama teman saya ini Ayu, jarak antara rumah saya dan dia tidak begitu jauh, masih dalam 1 (satu) kelurahan. Dan ia mengundang hampir seluruh rekan seangkatan kami yang memang jumlahnya tidak terlalu banyak. Akhirnya karena undangan online tersebut maka saya dan beberapa teman berencana untuk berembuk dan membahas rencana kedatangan kami di hari H. Conference chatting pun kami lakukan. Awalnya kami saling bertanya kabar dahulu, baru kemudian kami membahas acara perkawinan Ayu.
Saat mulai membahas, salah seorang teman saya, sebut saja namanya Beni, menanyakan kenapa Ayu tidak mengundang kami secara langsung dengan surat undangan. Kenapa harus lewat media sosial? Padahal kami semua masih tinggal di daerah yang dekat dengan rumahnya. Setelah Beni beberapa rekan yang lain pun mengutarakan keheranan yang sama. Saya coba memberikan penjelasan pada mereka, mungkin Ayu sibuk jadi tidak bisa mendatangi kami satu persatu. Namun ternyata jawaban saya disanggah oleh teman – teman lain. Mereka justru merasa tidak dihargai dengan adanya undangan online tersebut. Dan keputusan terakhir adalah, mereka serempak untuk tidak hadir.
Saya pun akhirnya datang sendiri. Saya sedikit was – was jika Ayu bertanya kenapa yang lain tidak datang. Dan benar saja dugaan saya, saat saya menyalami Ayu, dia menanyakan yang lain. Saya hanya bisa bilang kalau saya tidak ada komunikasi dengan yang lainnya.
Kejadian lain juga pernah saya alami, saat ada seorang teman mengundang lewat medsos, disana tercantum alamat yang tidak jelas. Beberapa teman menanyakan perihal itu, namun si empunya acara tidak membalas. Mungkin sibuk atau ada alasan lain. Alhasil menjelang hari H, di postingan undangan tersebut yang ada malah makian dan cibiran terhadap si pengundang, lagi – lagi mereka merasa tidak dihargai dan dianggap tidak penting.
Dilihat dari kondisinya, ini cenderung lebih ke pola pikir masing – masing orang. Jika masih ingin mengikuti budaya asli Indonesia, terutama di daerah dimana orang yang akan mengadakan hajatan biasanya datang ke rumah tetangga, atau teman untuk mengantarkan undangan. Bisa juga lewat pos jika jarak tempuhnya jauh. Hal ini memang cukup merepotkan bagi mereka yang akan mengadakan acara. Namun buat para tamu yang akan diundang, akan jadi sesuatu yang berharga apabila yang datang langsung adalah si empunya acara. Mereka akan merasa sangat dihargai. Merasa menjadi orang penting yang kedatangannya sangat diharapkan.
Disini dibutuhkan pengertian dari kedua belah pihak. Baik si pengundang dan yang diundang. Sebelum memutuskan untuk mengundang ada baiknya mempertimbangkan kemungkinannya jika kita hanya bisa mengundang lewat media sosial. Jangan lupa ucapkan alasannya mengapa hanya bisa mengundang lewat medsos. Karena Indonesia ini adalah negeri penuh basa basi. Maksudnya basa basi masih sangat berguna untuk menjalin sebuah hubungan baik.
Untuk yang diundang, jangan buru – buru merasa tidak dihargai. Bayangkan jika nantinya anda akan mengalami kondisi seperti itu. Mengadakan sebuah resepsi pastinya sangat menyita waktu. Apalagi mendekati hari H. Dan amat sangat merepotkan apabila pihak mempelai ingin turun tangan langsung mengatur setiap detailnya. Jadi kemungkinan mereka mengundang lewat media sosial karena keterbatasan waktu, atau juga, dia menganggap anda adalah kawan akrab jadi tidak perlu mengundang secara resmi. Kemungkinan lain adalah penghematan biaya. Jika mengundang lewat media sosial, 1 postingan bisa untung ribuan orang. Coba jika undangan tersebut dicetak, berapa belas bahkan puluhan juta hanya untuk sebuah surat undangan
Jadi bijaklah menggunakan media sosial. Tidak semua aplikasi yang disediakan bisa dimanfaatkan dan maksud baik kita sampai dengan benar. Jangan sampai fasilitas yang disediakan justru membuat masalah dan kita mengalami kerugian moril dan materiil karenanya.
Salam Sayangku

1 komentar:

Irda Handayani mengatakan...

Hhhhmmm benar apa yang mebak sampaikan.
Saya juga sering mendapatkan undangan via facebook, meski begitu sejauh ini saya fine2 saja karena sebagian besar yang mengundang saya memang berada di luar propinsi (teman2 sekolah dulu).
Dan ada juga kejadian yang sama, dimana si pengundang tidak mencantumkan alamat yang jelas atau minimal denah lokasi acaranya, hingga akhirnya saya malas datang karena tidak tahu dimana lokasinya -____-"
Ada lagi yang kenal dekat tapi tidak mengundang saya, sedangkan foto hajatan mereka dipajang di facebook. Kalau yang ini ya kembali ke mereka, terserah mereka kan mau mengundang siapa saja, hehehe...

Oh ya, satu hal lagi mbak, isi tulisan ini berwarna putih dengan background yang putih pula, jadi tulisannya tidak kelihatan. Kalau boleh membeir saran, sebaiknya warna tulisannya di ganti atau warna background-nya yang diganti :)