Selasa, 24 April 2012

Tinggal Di Pemukiman Padat Banyak Menuai Pro & Kontra


Tidak semua orang menyukai tinggal di kompleks perumahan, dengan alasan keakraban antar warga setempat kelihatan sangat kurang. Memang jika kita lihat kepeduliaan anatar tetangga lebih konkrit terjadi di pemukinan padat penduduk. Saling tolong dan saling bantu terlihat jelas bentuk nyatanya. Namun dialik kelebihan itu ada pula kekurangan di dalamnya, beberapa orang ada juga yang tidak menyukai tinggal di wilayah padat penduduk dengan alasan karena tetangga yang  “terlalu peduli” membuat semua yang kita lakukan diperhatikan.
Sebagai contoh, saya tinggal di kawasan yang padat penduduknya. Mayoritas yang tinggal disana berkelompok. Entah itu masih ada hubungan keluarga antar satu rumah dengan rumah yang lain atau karena merasa satu suku dan satu kampung. 10 tahun terakhir banyak dari tetangga saya yang mengajak orang dari kampung asalnya untuk tinggal disini. Kebanyakan dari mereka memilih untuk mengontrak rumah. Memang tidak ada salahnya, namun jika akhirnya mereka akan membuat satu kelompok tertentu dan melakukan sesuatu yang menganggu kenyamanan orang lain (bergossip) nampaknya ini sangat merugikan.
Kebanyakan anak gadis di lingkungan rumah saya menikah karena MBA atau “kecelakaan”. Dan biasanya mereka menikah dengan orang yang hanya berbeda Rukun Tetangga (RT). Dan itu sudah pasti menjadi buah bibir. Orangtua dari mereka yang dicibir pun ikut kena sasaran. Diangap Kurang mendidik, kurang memberi perhatian, cari sensasi, dan segenap cibiran lainnya harus mereka telan mentah – mentah sebagai hukuman.  Mereka yang bergossip merasa sebagai orang yang paling benar. Padahal jika ditelusuri riwayat hidupnya, merekapun tak jauh berbeda. Olok – olok bisa terjadi dimana saja. Tak hanya di rumah. Kadang bisa terjadi di kantor juga. Hanya saja jika di kantor jalan keluarnya kemungkinan dengan keluar kerja walaupun akhirnya akan merugikan diri sendiri juga. Apalagi jika diperolok di lingkungan rumah. Apa harus pindah rumah? Sepertinya sangat menyulitkan. Selain biaya juga akan menghabiskan banyak waktu. Belum lagi jika mereka harus bersusah payah beradapatasi lagi dengan lingkungan yang baru.
Kejadian mencibir dan dicibirkan bukan hanya untuk mereka yang hamil di luar nikah saja, tapi bagi mereka yang sudah menikah namun belum memiliki anak, juga bagi yang belum menikah di usia yang cukup dan sangat matang.
Selalu saja ada alasan mereka untuk mengolok – olok. Tanpa pikir panjang, tak peduli kondisi psikis dari mereka yang diperolok. Kondisi ini memang sudah menjadi ciri khas masyarakat kita. Lebih senang membahas aib orang lain daripada kelebihannya. Entah itu dilakukan untuk kepuasan pribadi atau niat memprovokasi para tetangganya dengan maksud agar orang akan ramai – ramai menghakimi dengan cibiran.
Jika kita mau saja sedikit lebih peduli, siapa yang mau hamil diluar nikah? Pertama, mempermalukan nama baik pribadi. Kedua, mencoreng nama baik keluarga besar. Hamil diluar nikah dalam kamus manapun memang salah, namun tak perlu dihukum dengan cibiran. Tanpa dicibur pun mereka tahu dan menyadari kesalahannya.
Untuk permasalahan belum memiliki anak walaupun sudah lama menikah, kemungkinan mereka ada pertimbangan khusus. Mungkin karir, atau kesiapan mental. Karena memiliki seorang momongan bukan hal mudah. Butuh banyak biaya dan pola pikir yang matang untuk menjadi orangtua yang berhasil. Mungkin juga karena Tuhan belum memberikan kepercayaan dan menginginkan suami – dan istri ini lebih erat dulu hubungannya. Agar nantinya, jika saatnya tiba, mereka bisa membesarkan anak dengan kedekatan dan kesamaan pola berfikir dalam mengasuh.
Menyoal belum menikah di usia yang matang, ini pun kemungkinan besar karena pertimbangan karir dan kenyamanan. Mungkin dia masih ingin sendiri, atau memang lebih nyaman sendiri. Tidak menikah itu pilihan. Walaupun menurut agama, manusia itu diciptakan berpasang – pasangan.
Jadi bersikaplah dewasa. Hargailah oranglain dan diri anda sendiri. Sebelum mencibir, berkacalah dulu. Apakah anda pantas untuk membicarakan aib dari orang lain? Apakah anda cukup sempurna untuk menjelek – jelekkan orang lain?
Dan untuk anda yang merasa dijadikan buah bibir, bersabarlah. Anggaplah ini sebagai ujian. Tetap memandang kedepan, jangan menolek kebelakang. Karena tanggung jawab anda bukan pada mereka, tapi pada Tuhan dan keluarga anda. Tetap tersenyum dan   nikmati hidup anda.
Salam

Tidak ada komentar: