Selasa, 24 April 2012

Mana Tahan Ditawarin Dana Tunai Lewat SMS???


“DANA TUNAI bisa mencapai 50 juta. Syarat copy KTP /CC & Slip gaji.
Hub: 08566789****”
Pernahkah Anda mendapat sms berbunyi demikian?
Saya yakin pernah. Karena ini trend baru dari para marketing bank untuk menawarkan produk pinjaman dengan bunga maha dasyat. Tak bisa disalahkan karena memang ini cara mereka memanfaatkan perkembangan teknologi. Dengan sms pesan akan sampai dengan cepat. Dengan sms mereka tak perlu mendatangi calon nasabah sebelum tahu apakah mereka berminat atau tidak. Hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya pastinya.
Namun dari manakah para marketing ini mendapat data para calon nasabah?
Itu yang harus dipertanyakan..

Saya dulu seorang marketing di sebuah bank swasta. Saya tidak mendapatkan gaji pokok. Hanya mendapat komisi dari data yang sudah jelas di setujui dan dialirkan ke rekening nasabah. Produknya bermacam – macam. Dari mulai Pinjaman Dana Tunai (Personal Loan), kartu kredit (CC), dan pembukaan rekening tabungan baru. Saya ambil yang paling mudah laku (diminati) yaitu Dana Tunai. Oleh manager saya diberi database yang kurang lebih ada sekitar 2000 (dua ribu) data. Yang isinya nama, alamat kantor, no telepon rumah dan handphone, serta limit kartu kredit mereka. Ada juga beberapa data yang menyertakan gaji pokok. Sebelum saya mulai menawarkan, saya pandangi dulu nama mereka satu per satu. Jabatan mereka kebanyakan manager dan level di atasnya. Saya pun kemudian berfikir, dari mana manager saya ini mendapatkan data sebanyak ini yang dia sebut sebagai “data bagus”. Untungnya managersaya itu baik, dan dia berbagi cerita. Dia memiliki link di beberapa bank swasta selain bank kami. Link-nya adalah para customer service (lagi – lagi saya membahas tentang kenakalan CS bank). Biasanya para CS juga bekerjasama dengan bagian data entry. Dan sampailah data – data tersebut ke tangan – tangan jahil seperti manager saya itu (maaf ya pak).
CS bisa menerima uang jutaan rupiah dari data – data nasabah yang ia jual padahal harusnya dirahasiakan. Memang yang dipilihkan adalah data nasabah yang minimal memiliki simpanan minimal 50 juta per/bulan.

Kembali ke topic bahasan, setelah saya membaca data – data tersebut, saya mulai memainkan keypad di ponsel saya. Mengirimkan penawaran ke nomor – nomor tersebut. Minimal 100 sms per 2 jam. Tidak terlalu melelahkan. Cuma ada ketakutan tersendiri karena jika pihak Bank Indonesia mengetahui hal ini maka nama saya dan bank akan di blacklist oleh pihak BI. Makanya kebanyakan para marketing yang menawarkan produknya tidak menyertakan nama Banknya pada sms yang dikirimkan, untuk mengurangi resiko tersebut.

Dari 100 orang yang saya kirimi sms, pasti ada lah 5-10 yang membalas. Baik itu berminat ataupun marah – marah haahaaa. Ya intinya pasti ada hasil dibalik usaha.
Sekarang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara untuk menghindari sms yang masuk dengan penawaran ini dan itu? Sepertinya pihak BI lah yang memiliki tanggung jawab akan hal tersebut. Lebih mengawasi data yang dengan sengaja dijual untuk keuntungan pribadi oknum karyawan bank. Jelas sangat merugikan untuk beberapa orang. Namun bagi mereka yang memang berminat dengan hutang piutang ini dianggap sebagai rintik hujan di siang bolong.Mereka dengan cepat akan membalas sms dari marketing tersebut untuk menanyakan perihal data apa yang dibutuhkan dan persyaratan lainnya. Sudah barang tentu ini menjadi harapan setiap marketing.

Saran saya, bersabarlah dengan kondisi ini. Jika berminat silahkan dibalas. Jika tidak ya ditolak dengan kata – kata yang sopan. Saya berharap pihak BI akan lebih memperketat penjagaan akan data – data nasabah. Karena ini bisa masuk ke ranah hukum. (jika ada yang tidak terima dan melaporkannya ke pihak berwenang. Image bank saat ini sudah banyak dikotori oleh oknum – oknum seperti itu. Tak akan terjadi pembelian data jika tak ada penjualan. Berhentikan oknum Bank yang memiliki jiwa penyeleweng. Semogadengan cara itu tidak terjadi pembobolan data lagi.
Semoga bermanfaat :D

Tidak ada komentar: