Selasa, 24 April 2012

Convenience Store : Lahan Baru Untuk Kenakalan Remaja


Lokasi rumah saya terletak di pinggiran Jakarta. Namun berkembangnya jaman membuatnya kini tak lagi nampak seperti lokasi yang pantas disebut pinggiran.
Bermunculannya minimarket dan beberapa tempat makan dan minum yang menyuguhkan tatanan yang cozy lengkap dengan free wifi membuatnya terlihat seperti sebuah daerah kecil dengan pembangunan yang sukses.
Kini minimarket tak lagi membatasi diri dalam menjual sejumlah merk minuman beralkohol. Beberapa merk minuman dengan persentase alcohol mencapai 4,9% dengan rapi tertata di lemari pendingin. Warnanya yang berwarna-warni jelas mengundang rasa penasaran untuk mencicipi.
Sungguh tidak menjadi masalah jika pihak supermarket memberikan batasan usia untuk mereka yang hendak membeli minuman tersebut, tapi apa jadinya jika konsumen yang membeli masih menggunakan seragam alias anak sekolah.
Saya kerap mampir ke mini market yang baru – baru ini mulai booming di lingkungan remaja gaul Jakarta. Namun menurut Wikipedia, pihak minimarket tersebut lebih memilih usaha mereka disebut dengan convenience store dibandingkan denganminimarket. Perusahaan convenience store ini yang berlogo angka dengan warna dasar hijau tersebut berasal dari Amerika. Dan saat ini (di Indonesia khusunya) baru tersebar di beberapa kota besar saja. Tempatnya saya akui memang sangat nyaman. Dan yang membuatnya nampak berbeda dengan usaha sejenis yaitu penyedian kursi dan meja besi yang membuat para pelanggannya bisa menghabiskan waktu berjam – jam disana. Termasuk anak sekolah. Kadang saat jam pulang sekolah mereka tak langsung pulang ke rumah, mereka memilih untuk kongkow terlebih dahulu dengan teman – teman lainnya disana dan menikmati beberapa minuman dan makanan yang tersedia.
Bagi saya, itu sangatlah lumrah. Tapi saya sangat terkejut manakala salah satu diantara anak – anak dengan seragam sekolah tersebut membeli minuman beralkohol. Dan dengan tenangnya menikmati di hadapan beberapa pelanggan yang lain yang usianya jauh di atasnya.
Pertanyaan saya, apakah pihak convenience store tersebut tidak memberikan batasan untuk mereka yang menggunakan seragam sekolah saat membeli minuman dengan kadar alcohol yang lumayan tinggi tersebut?
Apakah mereka tidak tahu apa dampaknya jika ini berlangsung terus menerus dan mengakibatkan kecanduan?
Dulu pemerintah sempat mencanangkan larangan untuk anak sekolah masuk mall disaat  jam pelajaran masih berlangsung, atau dilarang masuk mall saat masih menggunakan seragam sekolah. Namun rasanya gaung itu tak lagi terdengar. Saya masih sering menemukan banyak pelajar di dalam mall saat masih masuk  jam pelajaran.
Seharusnya pemerintah juga turut andil dalam menangani masalah ini. Memberikan batasan pada anak sekolah untuk tidak sesuka hatinya menghabiskan waktu berjam – jam di sebuah store dan dengan bebasnya membeli serta mengkonsumsinya.
Inilah Indonesia, tak pernah dengan sungguh – sungguh me-manage apapun yang ada dalam negri ini. Bibit yang tidak baik dibiarkan agar tumbuh dan semakin menjadi.
Disini mampu kita lihat betapa bebasnya perusahaan asing masuk ke Indonesia dan tidak dilengkapi dengan  peraturan tertulis mengenai hal yang dilarang dan diperbolehkan. Asalkan membayar pajak pada pemerintah dan kelengkapan surat – suratnya dianggap sudah cukup layak maka mereka bisa membangun usahanya dengan lancar. Seharusnya pemerintah juga turut andil dalam menangani masalah ini. Memberikan batasan pada anak sekolah untuk tidak sesuka hatinya menghabiskan waktu berjam – jam di sebuah store dan dengan bebasnya membeli serta mengkonsumsinya.
Antara pemerintah dan pihak convenience store sepatutnya membuat sebuah kesepakatan untuk saling menjaga. Di satu sisi menjaga nama baik convenience storesebagai lokasi penjual food and beverages yang memiliki aturan dan disisi lain menjaga nama baik dan keselamatan anak dibawah umur yang menjadi pelanggan mereka.
Usahakan, lokasi pembangunan usaha tersebut jangan berdekatan dengan lingkungan sekolah. Karena secara tidak langsung bisa mengajak para pelajar untuk mampir sejenak sembari melepaskan kepenatan selama 6 jam, bahkan lebih menerima pelajaran di sekolah. Pihak orangtua juga sepatutnya mengawasi apa yang dilakukan anak mereka diluar jam sekolah.
Padahal jika saja pemerintah mau lebih meneliti kedalam, mereka akan tahu bahwa masih ada dampak negative dari para penanam modal di negeri kita ini. Bibit – bibit generasi penerus bangsa ini yang menjadi taruhannya. Antara pemerintah dan pihakconvenience store sepatutnya membuat sebuah kesepakatan untuk saling menjaga. Di satu sisi menjaga nama baik convenience store sebagai lokasi penjual food and beverages yang memiliki aturan dan disisi lain menjaga nama baik dan keselamatan anak dibawah umur yang menjadi pelanggan mereka.
Lebih mewaspadai tingkah laku anak sama dengan menjaga mereka sejak dini untuk tidak berpolah diluar batas normal. STOP mengatakan bahwa anak - anak yang melakukan kenakalan itu hanya oknum dan anda sangat mempercayai anak anda. Karena siapa tahu anak anda adalah salah satu dari oknum tersebut.
Salam Sayangku

Tidak ada komentar: